Jumat, 05 September 2008

AKU BERHARGA DI MATAMU


Karena engkau berharga dimataKU (Yes 43:4a)

Pandangan sinis mata orang tertuju padaku, mereka berbisik satu dengan yang lainnya. Terdengar olehku, potongan pembicaraan mereka,”Iya, anak itu, anak hasil hubungan gelap.” Ibu yang lain menimpali,”Oh, jadi dia itu anak haram toh.” Aku pura-pura tidak mendengar namun hatiku tersayat pilu. Dadaku rasanya mau meledak, kubertanya pada Tuhan,” Mengapa aku harus terlahir di luar sebuah lembaga pernikahan? Kenapa aku tidak terlahir seperti “anak-anak normal” lainnya? Mengapa ini harus menimpaku dan bukan orang lain saja? Mengapa aku jadi anak yang sial dan lahir dalam keluarga yang salah? Tuhan itu tidak adil sama sekali, tega-teganya Ia lakukan ini pada diriku.Tuhan pasti pribadi yang kejam atau tidak mengerti apa yang Ia lakukan.”
Kubertumbuh dalam rasa tidak percaya diri, terbuang dan tidak dikehendaki. Ku jadi seorang pemberontak, egois dan keras kepala. Mama hanya menutup diri, tidak pernah menyatakan kasih maupun mengatakannya. Hingga saat itu kuberpikir, akupun tidak berharga di mata mamaku, mungkin ia membenci diriku akibat ulah ayahku yang tak bertanggungjawab dan memilih untuk menikahi wanita lain. Apalagi dalam pandangan papa, kurasa ia sama sekali tidak memperdulikan diriku. Jadi apa artinya hidupku ini, untuk apa aku ada di muka bumi ini? Aku merasa seperti barang yang salah produksi. Masyarakat mencibir, keluarga mengacuhkan.
Oleh perasaan tertolak yang amat mendalam dan menghilangkan rasa nyeri dalam hati, aku melarikan diri dengan merokok, onani, minum-minuman keras, narkoba dan kehidupan anak geng. Geng, bagiku adalah sebuah keluarga dari anak-anak yang ditolak dan mengalami sakit hati terhadap para orangtua masing-masing. Ketika kuterjatuh dalam lembah hitam ini, masyarakat tambah menolak diriku dan keluarga mengusirku dari rumah. Lengkap sudah penderitaanku, hati rasanya terkoyak, ada perasaan marah yang meledak-ledak dalam dada. Kujadi mudah tersinggung dan menyakiti orang lain. Berbagai kenakalan dan kejahatan kulakukan sebab waktu itu kupikir,”Who cares?”(Siapa yang perduli). Saat polisi menangkapku pun orangtuaku tak pernah perduli, bahkan saat kuharus masuk balik terali hanya sekali mama menengok. So, kurasa kini kuhidup sendiri di muka bumi dan hanya yang “kuat dan tegar” saja yang mampu bertahan. Jalanan adalah duniaku, semua orang pendusta dan maling bagi sesamanya…itulah yang kudapati di jalan. Tidak ada yang namanya sahabat sejati, kau tidak mempercayai siapapun di jalan. Hatiku menjadi sangat keras dan tak mampu bersimpati pada orang lain. Aku berubah menjadi orang yang kejam, jahat dan acuh terhadap sesama.
Sampai suatu hari, ketika kuberpikir bahwa tidak ada seorangpun yang benar-benar mengasihiku. Aku melamun sebelum tidur dan malam itu kantuk tak kunjung datang. Ada “jokes”(candaan) di antara teman-teman gengku bahwa obat tidur paling mujarab adalah Kitab Suci. Kalau tidak bisa tidur bacalah Kitab sucimu, dijamin langsung ngantuk. Malam itu aku membuka Alkitabku yang berdebu dari rak buku dan mulai membaca. Mataku terpaku pada ayat dalam Firman Tuhan,”Karena engkau berharga dimataKU”. Seolah Tuhan berdiri dihadapanku dan berbicara menusuk lubuk hatiku yang terdalam. Air mataku tanpa sadar sudah membasahi pipiku, kuterisak sebab kini kumenyadari bahwa Tuhan yang kusembah menyatakan bahwa “aku berharga”. Meski seisi dunia meremehkan dan mencibirku tetapi Tuhan menyatakan kuberharga dimataNya. Mengapa selama ini kutak sadar akan hal itu? It means a lot to me (Ini berarti sekali bagiku). Ketika kumerasakan penerimaan Tuhan dan menyadari bahwa bagaimanapun cara seseorang terlahir di muka bumi, entah dari keluarga harmonis atau akibat “suatu kecelakaan” seperti diriku, Tuhan tetap menghargai dan menerima kita apa adanya. Tidak ada “anak haram” di mata Tuhan sebab Ia sendiri yang menenun kita dalam kandungan ibu kita. Kita semua unik dan Tuhan punya tujuan bagi tiap kita selama ada di muka bumi ini. Sejak hari itu, secara perlahan Tuhan mulai mengubah kehidupanku tahun demi tahun. Kini kusadar bahwa ternyata aku berharga di mataNya, saat kuserahkan hidupku dalam tanganNya, Ia memulihkan hubunganku dengan orangtuaku dan juga masyarakat. Dulu aku “sampah”, namun kini Tuhan “mendaur ulang” diriku menjadi baru.
Aku tidak tahu apa masalahmu namun bila hari ini, kau merasa tidak ada seorangpun yang menghargaimu, kau merasa tidak berguna, seorang yang payah atau pecundang. Kumau katakan bahwa Tuhan mengasihi dan kau berharga dimataNYA. Izinkan Ia memelukmu, menghiburmu dan memulihkanmu kembali. Jangan biarkan rasa sakit hati mendera dirimu lagi, lepaskan pada Tuhan yang sangat perduli.

Doa: Tuhan, terimakasih sebab Engkau menyatakan kuberharga di mataMU dan kau tak pernah menolakku. Amien.